Wednesday, February 11, 2009

about judul: sorban yang terluka atau sorban yang ternoda?

Tadi sore, Mas Achid (Abdul Wachid B.S., seorang penyair dan dosen sastra) datang ke kantor penerbit. Silaturahim sekaligus urusan rutin pembuatan jurnal STAIN Purwokerto. Ketika melihat draft sorban yang terluka, ia berujar, "ini ya buku barunya," seperti itulah saya lupa persisnya, hehe. Trus ia bilang jika si penulis sorban yang terluka ini pernah menjadi salah satu pemenang lomba esai STAIN Purwokerto (kumpulan esai pemenang telah dibukukan oleh penerbit Bukulaela dengan judul "The Spirit of Love") dan saat ini cukup produktif menulis. Tampaknya menjadi pemenang dalam suatu lomba kepenulisan akan membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dalam menulis. Ini mungkin tips bagi rekan-rekan yang hobi menulis: coba deh ikuti lomba menulis cerpen, puisi, esai, atau artikel. Siapa tahu menang…Kan bisa jadi support untuk lebih giat lagi dalam dunia kepenulisan.
Back to the story, ia mengamati sekilas judul draft tersebut, sambil membaca berulang-ulang seperti mewirid mantra: sorban yang terluka… sorban yang terluka… dst. Mungkin maksudnya mencari spirit judul ini, terasa pas atau nggak. Aku mengomentari: "terlalu abstrak ya mas?" Ia mengiyakan. "Mmm…Piye nek sorban yang terobek", usulnya. Setelah kami timbang-timbang, nadanya masih belum luwes. Lalu kuterpikir: "Bagaimana kalo ternoda?" "Nah, itu lebih pas, sorban yang ternoda," jawabnya. Tampaknya memang lebih pas, tapi agak sayang bahwa judul sorban yang terluka sudah telanjur menjadi judul blog ini pula, jadi agak ribet penggantiannya. Maybe tetap pada judul "yang terluka" saja, walau terlalu abstrak, imajinatif, dan antropomorfis…
Terlepas dari omong2 soal judul, ia kuminta untuk membaca sekilas naskah tersebut, lalu memberi komentar pendek. "Ntar kalo ada komentar lainnya, bisa bareng2 ditaruh di back-cover, kalo sendirian ya ditaruh di dalam, sebagai prolog atau epilog," tukasku. Jadilah ia membawa printout yang sudah kujilid sederhana itu, tentu setelah urusan rutin pernaskahan jurnal Ibda' yang dieditorinya (dan yang kucetak) selesai. Say bye pada nayla dan afkar, lalu pulang menembus remang…

3 comments:

  1. kenapa gak digratiskan aja bukunya sekalian :D

    ReplyDelete
  2. halah!! enak bener...! hehe. yang gretong2 memang slalu ditunggu prend...

    ReplyDelete
  3. betul bos! gratis saja... hihi

    ReplyDelete

komentar Anda sangat membantu kami mengembangkan isi blog ini...terimakasih!